Selamat Datang MTs. Mambaul Ulum Bata-Bata

Madura dengan “Kobhung”nya

Oleh : Muhammad Habibi  *

Berbicara keanekaragaman budaya dan suku di Indonesia, tentunya tidak lepas dari jawa timur sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan termasuk pada provinsi terluas dibandingkan provinsi lain di pulau jawa, sedangkan jika ditinjau dari aspek penggunaan bahasa daerah, kiranya  jawa timur  memiliki dua diversifikasi suku yang dominan, dua suku yang cukup mendominasi di wilayah jawa timur, yaitu Jawa dan Madura.
Meskipun sebenarnya pembagian tersebut diatas masih terlalu sempit jika dibandingkan dengan diversifikasi keterwakilan suku dari tinjauan letak geografis, yang mana hal ini disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya karena di jawa timur di masa kerajaan terdapat beberapa kerajaan, jawa timur terdiri atas beberapa pulau, dan terjadinya perpindahan penduduk dari daerah satu ke daerah lain di jawa timur, sehingga beberapa factor tesebut mampu membentuk polarisasi suku.
Keanekaregaman suku tentunya dapat dibedakan dengan budaya dan corak masyarakatnya, kelompok masyarakat yang berbeda sukunya kaya dengan budaya didalamnya, hal ini menjadi pembeda dan memiliki ciri khas tersendiri, daerah Jawa Mataraman (jawa timur bagian barat) mencerminkan corak kebudayaan kerajaan mataram, sedangkan Daerah Arek (Surabaya dan sekitarnya) menganut budaya khas jawa timur, dengan militansi kelompok yang kuat dan jiwa patriotik, dua daerah terakhir memliki kecendrungan budaya yang sama, Daerah Pulau Madura dan daerah Pandalungan (Tapal Kuda).
Masyarakat dengan corak “Pandalungan” mendominasi wilayah tapal kuda (Pasurusan sampai jawa timur bagian timur), corak masyarakat pandalungan adalah perpaduan antara suku jawa dan Madura, di daerah ini banyak kelompok masyarakat menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa percakapan sehari-hari, meskipun secara geografis tidak termasuk pada wilayah kepulauan Madura, sebagian budaya dan kebiasaan masyarakatnya pun memiliki kesamaan dengan masyarakat Madura, hal ini disebabkan karena sebagaian masyarakat di daerah tapal kuda bersuku Madura.  
Sedangkan Pulau Madura sendiri memiliki keragaman budaya dan kearifan lokal, salah satunya Setiap rumah di pulau madura terdapat “kobhung”, hal ini dapat dijumpai dari semua wilayah kabupaten di kepulauan madura. kobhung adalah kata lain musholla kecil, Pada umumnya kobhung terbuat dari kayu dan bangunannya berbentuk rumah panggung, terdapat ruang terbuka di bawah alas dasarnya, kobhung tersebut biasanya digunakan oleh masyarakat madhura sebagai tempat untuk ibadah, seperti sholat, dzikir, dan mengaji.
            Di daerah lain di jawa timur penulis tidak menemukan keunikan sebagaimana yang penulis paparkan diatas, bahkan umumnya di daerah lain selain madura ketika suatu rumah memiliki musholla, baik musholla yang berbentuk bangunan gedung, maupun berbentuk kobhung identik dengan tokoh masyarakat, yang menjadikan musholla tersebut sebagai tempat untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran Al-Qur’an,  berbeda dengan masyarakat madura yang hampir disetiap di rumah ditemukan musholla kecil, dan mayoritas berbentuk kobhung.
Fungsi kobhung di kalangan masyarakat madura pada perkembangannya tidak hanya digunakan sebagai pusat kegiatan ibadah saja, dalam beberapa kegiatan keagamaan lainnnya kobhung juga dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan tersebut, diantaranya ketika si pemilik melaksanakan acara walimatul ursy (tasyakkuran pernikahan), tahlilan, koloman/kamrat, atau hajatan lainnya, kobhung juga dijadikan sebagai bagian yang urgen dalam kegiatan tersebut, bahkan sebagai tempat khusus bagi tamu kehormatan.
Tidak hanya itu, pada waktu-waktu senggang biasanya kobhung juga dijadikan sebagai sarana untuk berkumpul dengan keluarga, menjamu sanak family, kerabat, sahabat yang datang dari jauh untuk keperluan silaturrami, dengan kerangka bangunan kobhung yang notabene lebih tinggi dari permukaan tanah seakan menjadi filosofi kemulyaan kegiatan keagamaan yang diselenggarakan dan orang-orang yang dijamu diatas kobhung, karena sejatinya kegiatan keagamaan dan silaturrhami sebagaimana yang penulis singgung diatas tak lain adalah bagian dari ibadah..
Sementara kita tarik dulu pembahasan ini pada segmen sejarah, Dalam sejarah perkembangan pendidikan islam ada dua lembaga pendidikan yang memegang peranan penting pada penyebaran agama di pulau jawa, yakni : Langgar dan Pesantren, sebagaimana maklum bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di indonesia, menjadikan langgar sebagai pusat kajian keilmuan dan sebagai pusat dari semua kegiatan, sebelum fasilitas lain terbangun dengan rapi di sebuah pesantren, pasti laggar akan di bangun lebih awal.
 Dari sini sementara dapat disimpulkan bahwa langgar ini tidak dapat dipisahkan pula dari perkembangan islam di tanah air, Langgar, Musholla dan Kobhung adalah sebuah term yang memiliki fungsi yang sama, sebuah visualisasi tempat ibadah dan pusat kegiatan. tentunya kobhung yang banyak dijumpai di pulau madura dapat dikatakan sebagai simbol bahwa masyarakat madura kental akan nilai-nilai keislamannya, dan masyarakatnya memiliki tingkat ketaatan yang tinggi terhadap agama, jika langgar merupakan pusat kegiatan ibadah dan pusat kajian keilmuan di sebuah pesantren, maka kobhung tentunya menjadi pusat kegiatan ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya bagi masyarakat madura. Wallahu A’alam.
  
* Salah satu fungsionaris MTs. Mambaul Ulum Bata-Bata, lahir di daerah tapal kuda dan bersuku madura.

Share this post :

Posting Komentar

Komentar Anda

FansPage

Arsip Blog

Statistik Blog

Pengikut

Popular Post

 
Support : MTsMUBA | DownloadRPP | Bata-bata.net
Copyright © 2015. MTs. MAMBAUL ULUM BATA-BATA - All Rights Reserved
Template by OPMMUBA